Berita

Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg Meluas di Kalimantan Selatan, Harga Tembus Rp50 Ribu

10

Penulis: V

Kelangkaan Gas Elpiji 3 Kg Meluas di Kalimantan Selatan, Harga Tembus Rp50 Ribu

HABAR BANJAR– Kelangkaan gas elpiji 3 kilogram kembali menghantui masyarakat Kalimantan Selatan. Dalam beberapa pekan terakhir, warga di berbagai daerah seperti Banjarmasin dan Kecamatan Kintap, Tanah Laut, mengeluhkan sulitnya mendapatkan gas bersubsidi yang biasa digunakan untuk keperluan rumah tangga dan usaha mikro. Tak hanya langka, harga gas elpiji melon ini pun melonjak drastis hingga dua kali lipat dari harga normal.

Harga Melonjak, Warga Tertekan

Di Kota Banjarmasin, harga eceran gas elpiji 3 kg di tingkat pengecer melonjak hingga Rp50 ribu per tabung, jauh di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah daerah sebesar Rp22.000–Rp25.000. Kondisi ini membuat masyarakat kecil semakin tertekan, terutama pelaku usaha kecil seperti warung makan dan penjual gorengan yang sangat bergantung pada gas elpiji bersubsidi.

“Biasanya beli Rp22 ribu di pangkalan, sekarang cari di mana-mana enggak ada. Di warung dijual sampai Rp50 ribu. Itu pun kalau masih ada,” ujar Siti, warga Banjarmasin Timur.

Kelangkaan Meluas ke Daerah

Tak hanya di ibu kota provinsi, kelangkaan juga terjadi di wilayah pedesaan. Di Kecamatan Kintap, Kabupaten Tanah Laut, masyarakat juga kesulitan mendapatkan gas melon. Kondisi ini membuat Pemerintah Kabupaten Tanah Laut turun tangan dengan menurunkan tim monitoring khusus untuk mengecek langsung ketersediaan dan distribusi gas elpiji 3 kg di lapangan.

“Kami tidak tinggal diam. Tim monitoring dari Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan sudah kami turunkan untuk memantau distribusi, termasuk memeriksa agen dan pangkalan,” kata Kepala DKUKMP Tanah Laut, Ahmad Hairin.

Pertamina: Akibat Hari Libur Panjang

Menanggapi keluhan ini, pihak Pertamina Patra Niaga Kalimantan menjelaskan bahwa keterlambatan distribusi gas 3 kg disebabkan oleh banyaknya tanggal merah dan hari libur nasional pada akhir Juni hingga awal Juli 2025. Hal tersebut membuat jadwal distribusi dari depot ke agen terganggu.

“Libur panjang berdampak pada keterlambatan distribusi. Namun mulai 2 Juli, pasokan kembali normal dan kami sudah melakukan penambahan alokasi,” jelas Arya Yusa Dwicandra, Area Manager Comm, Rel & CSR Pertamina Patra Niaga Regional Kalimantan.

Pertamina juga mengklaim telah menyalurkan extra dropping untuk mengatasi kelangkaan. Namun realitas di lapangan masih menunjukkan bahwa distribusi belum sepenuhnya merata, dan harga masih tinggi di luar jalur resmi.

Pengawasan Lemah, Rantai Distribusi Bermasalah

Para pengamat menilai bahwa akar masalah kelangkaan gas elpiji bersubsidi ini adalah lemahnya pengawasan distribusi, terutama dari pangkalan ke pengecer. Banyak tabung gas 3 kg yang disinyalir bocor ke tangan spekulan atau dijual ke industri kecil yang seharusnya tidak berhak menerima subsidi.

“Perlu tindakan tegas agar gas subsidi ini benar-benar sampai ke rakyat kecil. Kalau tidak, setiap tahun kita akan terus menghadapi kelangkaan serupa,” ujar salah satu tokoh masyarakat di Tanah Laut.

Exit mobile version