HABARBANJAR, Kandangan, Kab. Hulu Sungai Selatan – Dalam upaya membangun ketahanan sosial dan mencegah radikalisme, berbagai pihak lintas sektor di Kabupaten HSS menyuarakan pentingnya peran aktif pemuda sebagai garda terdepan pembangunan dan perdamaian.
Pemuda Harus Berperan Positif dan Kritis
H. Suriani, S.Sos, M.AP, selaku Wakil Bupati HSS, menegaskan bahwa pemuda adalah pilar pembangunan. Ia mengajak pemuda untuk tidak hanya berorientasi menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN), namun juga terus menggali potensi diri dan siap menghadapi tantangan zaman. “Pemuda harus mengambil peran aktif dalam membangun Kabupaten HSS secara positif,” ujar Suriani.
Di tengah tantangan global, Suriani juga berpesan agar pemuda membentengi diri dari hal-hal negatif dan menjadi perekat persatuan di masyarakat. “Mari bersama-sama menjaga keamanan dan kedamaian, merawat kebhinekaan, serta menjaga toleransi di tengah masyarakat. Radikalisme dan terorisme adalah ancaman serius yang perlu diwaspadai dan dicegah bersama,” tegasnya.
Ia juga mengingatkan pentingnya kewaspadaan dalam menggunakan media sosial. “Media sosial sering digunakan oleh jaringan radikal untuk merekrut anggota baru. Kita harus selalu kritis dan selektif dalam memilih informasi, serta tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang tidak benar,” tambah Suriani.
Pentingnya Ideologi Bangsa dan Toleransi
Ipda Halim Sumartono, Kepala Tim Pencegahan Densus 88 Wilayah Kalimantan Selatan, menambahkan bahwa penguatan ideologi bangsa dan toleransi sangat penting. “Perkokoh ideologi bangsa dan perkuat rasa toleransi antar umat beragama di tengah masyarakat. Usia muda sangat rentan terpapar paham radikal dan terorisme karena sedang mencari jati diri dan terbuka pergaulannya,” jelas Halim.
Ia menegaskan bahwa paparan radikalisme sering bermula dari media sosial, kemudian berlanjut ke pertemuan atau pengajian eksklusif. “Intoleransi merupakan akar permasalahan awal dari radikalisme dan terorisme. Mari jaga kerukunan antar umat, antar agama, dan antar suku yang beragam di Kabupaten HSS. Keragaman ini justru mempersatukan bangsa,” pesannya.
Halim juga mengajak semua pihak untuk bijak dalam memilih kajian dan tempat pendidikan, serta menyikapi konten negatif seperti judi online dan pornografi. “Mari jaga empat konsensus dasar negara, yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Implementasikan dalam kegiatan sehari-hari sebagai bentuk pencegahan radikalisme dan terorisme,” ucapnya.
Belajar dari Pengalaman Mantan Napiter
M. Zain Maulana, mantan napiter (narapidana terorisme) Kabupaten HSS, berbagi pengalaman pribadinya. “Saya terpapar radikalisme dan terorisme di lingkungan pondok pesantren. Saya pernah menolak pelajaran kewarganegaraan dan upacara bendera karena pengaruh oknum ustadz dari jaringan teroris,” ungkap Zain.
Ia mengaku pernah tersesat dalam jalan gelap ideologi kekerasan. “Saya mengira perjuangan hanya bisa dilakukan dengan senjata dan kebencian. Tapi kenyataannya, itu bukan perjuangan, melainkan pelarian dari pemahaman yang utuh dan kasih sayang terhadap sesama manusia,” katanya.
Kini, Zain berdiri sebagai orang yang telah belajar dari kesalahan. “Pesan saya untuk pemuda dan mahasiswa: jangan pernah berhenti belajar, berdiskusi, dan membuka hati terhadap perbedaan. Kalian adalah harapan bangsa, bukan dengan marah, tapi dengan karya dan cinta kasih. Gunakan semangat muda untuk membangun, bukan menghancurkan. Lawan narasi kebencian dengan pengetahuan dan kebaikan,” pesan Zain.
Jejaring Komunitas Pemuda sebagai Fondasi Perdamaian
Akhmad Zaky Yamani, SH, MH, akademisi Institut Agama Islam (IAI) Darul Ulum Kandangan, menekankan pentingnya penguatan jejaring komunitas pemuda. “Penguatan jejaring antar komunitas pemuda adalah fondasi penting dalam membangun ketahanan sosial. Dengan saling mengenal dan memahami perbedaan, pemuda mampu menurunkan tensi polarisasi dan menjadi agen perdamaian di tengah keberagaman ideologi,” jelas Zaky.
Ia menambahkan, komunitas pemuda yang terhubung secara aktif dapat membentuk ekosistem sosial yang inklusif. “Jejaring pemuda yang kuat dan lintas ideologi adalah instrumen strategis dalam meredam potensi konflik. Kolaborasi mereka dalam isu-isu bersama membentuk narasi positif yang menggantikan retorika perpecahan,” ujarnya.
Zaky juga mengingatkan pentingnya keterlibatan aktif pemuda dalam jejaring komunitas. “Keterlibatan ini memperluas perspektif dan mengurangi sektarianisme. Jejaring komunitas bukan sekadar sarana silaturahmi, tapi ruang strategis untuk menyatukan visi kebangsaan di tengah ragam ideologi,” tegasnya.
Ia berharap anak muda, pelajar, dan mahasiswa bijak dalam menggunakan media sosial. “Selektif terhadap berita dan cegah penyebaran berita hoaks,” pesan Zaky.