HabarBanjar – Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan (Pemprov Kalsel) melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (Dislautkan) Provinsi Kalsel secara resmi menerapkan teknologi Hybrid Engineering sebagai langkah strategis dalam upaya rehabilitasi dan pemulihan ekosistem pesisir di wilayah Kabupaten Tanah Laut, Tanah Bumbu, dan Kotabaru.
Kepala Dislautkan Kalsel, Rusdi Hartono, menyampaikan bahwa teknologi hybrid engineering merupakan pendekatan inovatif yang menggabungkan rekayasa teknis dan proses alami ekosistem untuk mengatasi abrasi pantai serta mempercepat pertumbuhan vegetasi mangrove.
“Teknologi ini memanfaatkan struktur buatan dari bahan ramah lingkungan, seperti bambu dan kayu, untuk memperlambat arus gelombang laut. Dengan demikian, terbentuk zona perlindungan alami yang mendukung regenerasi ekosistem mangrove,” jelas Rusdi Hartono di Banjarmasin.
Selain upaya teknis, Pemprov Kalsel juga menggandeng Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) serta Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalam memperluas program rehabilitasi pesisir berbasis masyarakat. Melalui kolaborasi ini, ditargetkan penanaman mangrove di lahan seluas lebih dari 500 hektare hingga akhir tahun 2025.
Langkah ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk memperkuat ketahanan wilayah pesisir terhadap dampak perubahan iklim dan bencana alam, sekaligus mendorong pengembangan ekonomi masyarakat pesisir secara berkelanjutan.
“Keterlibatan masyarakat menjadi kunci utama keberhasilan program ini. Kami ingin menjadikan pesisir Kalimantan Selatan sebagai kawasan tangguh, hijau, dan produktif,” tambah Rusdi.
Dengan penerapan hybrid engineering, Pemprov Kalsel berharap proses rehabilitasi pesisir dapat berjalan lebih cepat dan efektif, sekaligus menjadi model percontohan nasional dalam pengelolaan ekosistem pesisir yang adaptif terhadap perubahan iklim. (RAP)
