MARTAPURA, habarbanjar.com – Petugas dari Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Banjar, Kalimantan Selatan, telah mengungkap motif di balik kasus pencabulan yang dilakukan oleh seorang pimpinan pondok pesantren di Martapura terhadap santri pria. Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Banjar, Ipda Anwar, menjelaskan bahwa sebelum melakukan tindakan tersebut, pelaku memanggil santri untuk mengikuti sebuah ritual. Namun, ritual yang dimaksud ternyata hanya merupakan dalih bagi pelaku untuk melaksanakan pencabulan. “Motifnya adalah ritual membuang sial,” ungkap Anwar kepada wartawan pada Rabu (15/1/2025).
Setelah melakukan pencabulan, pelaku yang berinisial MR ini mengiming-imingi uang kepada para korban dan mengancam mereka agar tidak melaporkan perbuatannya. “Korban pun tidak berani melaporkan tindakan bejat MR,” lanjut Anwar. Ia juga menambahkan bahwa pelaku tidak mengetahui secara pasti berapa banyak santri yang telah menjadi korban. Berdasarkan hasil interogasi, pelaku mengklaim telah mencabuli sekitar 20 santri. “Dari pengakuan tersangka, perbuatan ini sudah berlangsung sejak 2019 dan ia ingat ada 20 orang yang sudah dicabulinya,” tegasnya.
Sebelumnya, pimpinan pondok pesantren di Martapura yang berinisial MR ditangkap oleh petugas Polres Banjar setelah menerima laporan mengenai kasus pencabulan. Dari hasil pemeriksaan, terungkap bahwa MR telah mencabuli 20 santri prianya. Kasus ini terungkap setelah lima santri melapor bahwa mereka telah menjadi korban pencabulan oleh MR. Perbuatan cabul tersebut diduga telah berlangsung sejak tahun 2019.
